Selasa, 09 Desember 2014
PRINSIP DAN TEKNIK PEMBERIAN OBAT
HAI... GUYS buat para perawat, bidan dan semua institusi kesehatan bikin pasienmu nyaman dan aman ya... ini gue ada cara PRINSIP DAN TEKNIK PEMBERIAN OBAT monggo lang ditingali
Respon farmakologik terhadap suatu obat bersifat kompleks.Perawat harus ingat jumlah dan macam-macam factor yang mempengaruhi respon individu terhadap suatu obat.Beberapa factor yang mempengaruhi reaksi obat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Absorpsi
2. Distribusi
3. Metabolisme atau biotransformasi
4. Ekskresi
5. Usia
6. Berat badan
7. Toksisitas
8. Farmakogenetik
9. Rute pemberian
10. Saat pemberian
11. Faktor emosional
12. Adanya penyakit
13. Riwayat obat
14. Toleransi
15. Efek penumpukan
16. Interaksi obat-obat
PRINSIP-PRINSIP PEMBERIAN OBAT
Sebelum memberikan obat,perawat harus benar-benar yakin,bahwa obat yang akan diberikan tersebut benar-benar diorderkan oleh dokter.Perawat juga harus yakin tentang jenis order yang diterima,yaitu:
1. Staal Order (perintah segera) untuk obat yang diberikan mendadak,misalnya keadaan gawat darurat.Perintah ini hanya berlaku satu kali dan bila diinginkan,harus dibuat perintah baru.
2. Singgle Order (perintah satu kali) merupakan pesanan pengobatan satu kali pemberian pada saat tertentu,namun tidak harus segera diberikan
3. Standing Order (perintah tetap)merupakan pesanan pengobatan yang diberikan pada jangka waktu tertentu,misalnya 7 hari
4. PRN Order (perintah kalau perlu) merupakan pesanan pemberian obat yang dilakukan kalau perlu saja.
Dalam hal ini perawat harus berpegang pada Prinsip Enam Tepat dan
1 W,yaitu:
1. Tepat pasien
Hal ini dapat dipastikan dengan memeriksa gelang identitas pasien dan atau meminta pasien menyebut namanya sendiri
2. Tepat Obat
Obat yang benar ,pasien menerima obat yang telah diresepkan.Bagi pasien yang dirawat di RS,perintah pengobatan harus ditulis pada lembar instruksi dokter dan ditandatangani oleh dokter yang bersangkutan.Perintah pengobatan melalui telepon harus ditandatangani oleh dokter yang bersangukatan dalam waktu tidaklebih dari 24 jam
3. Tepat Dosis
Dosis yang benar adalah dosis yang diresepkan untuk pasien yang bersangkutan.Dalam kebanyakan kasus,dosis diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat obat yang bersangkutan.Perawat harus menghitung setiap dosis obat secara akurat,dengan mempertimbangkan veraiabel berikut:tersedianya obat dan dosis obat yang diresepkan (diminta).Dalam keadaan tertentu,berat badan pasien juga harus di pertimbangkan.Sebelum menghitung dosis,perawat harus memiliki pengetahuan tentang teknik penghitungannya.Penghitungan dosis obat harus diperiksa ulang bila didapatkan hasil besar dari dosis yang ditetapkan.
4. Tepat Waktu
Waktu yang benar adalah saat dimana yang diresepkan harus diberikan.Dosis harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari,seperti b.i.d (dua kali sehari),t.i.d (tiga kali sehari),q.i.d (empat kali sehari) atau q6h (setiap 6 jam(,sehingga kadar obat dalam plasma dapat dipertahankan.Jika obat mempunyai waktu parah(1/2)yang penting,obat diberikan sekali sehari.Obat-obat dengan waku paruh pendek,diberikan beberapa kali sehari dalam selang waktu tertentu.Beberapa obat diberikan sebelum makan dan beberapa yang lainnya diberikan sesedah makan.
5. Tepat Rute
Rute yang benar perlu absorbsi yang tepat dan memadai. Rute yang lebih sering adalah per oral (melalui mulut) untuk cairan,suspense,pil,tablet atau kapsul, sublingual (dibawah lidah),bukal (antara gigi dan pipi),topical (kulit),inhalasi (semprot),intilasi (hidung,mata,telinga,rectum,vagina),supositoria (rectum) untuk kapsul khusus rectum,perenteral (intrakutan,subkutan,intramuscular dan intravena).
6. Tepat Pencatatan
Perawat harus segera mencatat informasi tepat mengenai obat yang telah diberikan.Ini meliputi nama obat,dosis,rute pemberian,waktu pemberian dan tandatangan perawat.Respon pasien terhadap pengobatan perlu dicatat.Penundaan pencatatan akan mengakibatkan lupa,sehingga informasi menjadi tidak akurat
7. Waspada
Perawat harus waspada kemungkinan terjadinya reaksi pasien yang tidak diinginkan terhadap obat yang diberikan.
TEKNIK PEMBERIAN OBAT
Perawat harus memahami tehnik pemberian obat melalui rute-rute yang telah disebutkan di atas.Teknik pemberian obat yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Pemberian Obat Per Oral
Pemberian obat per oral merupakan cara paling banyak dipakai,karea ini meurpakan cara yang paling mudah,murah,aman dan nyaman bagi pasien.Berbagai bentuk obat dapat diberikan secara oral,baik dalam bentuk tablet,sirup,kapsul atau puyer,untuk membantu absorbsi,maka pemberian obat per oral dapat disertai dengan pemberian setengah gelas air atau cairan yang lain.Kelemahan dari pemberian obat per oral adalah pada aksinya yang lambat,sehingga cara ini tidak dapat dipakai pada keadaan gawat. Obat yang diberikan peroral biasanya membetuhkan waktu 30 sampai 45 menit sebelum diabsorbsi dan efek puncaknya dicapai setelah 1 samapai 1.5 jam. Rasa dan bau obat yang tidak enak sering mengganggu pasien.Cara per oral tidak dapat dipakai pada pasien yang mual-mual,muntah,semi koma,pasien yang mengalami pengisapan cairan lambubg serta pada pasien yang mempunyai gangguan menelan.
Beberapa jenis obat dapat menyebabkan iritasi lambung dan muntah.Untuk mencegah hal ini,obat dipersiapkan dalam bentuk kapsul yang diharapkan tetap utuh dalam suasana asam lambung,tetapi menjadi hancur ada suasana netral atau basa di usus.Dalam memberikan obat jenis ini,bungkus kapsul tidak boleh dibuka,obat ini tidak boleh dikunyah dan pasien diberitahu untuk tidak minum antasida atau susu sekurang-kurangnya satu jam setelah makan.Apabila obat dikemas dalam bentuk sirup,maka pemberian harus dilaksanakan dengan cara yang paling nyaman,khususnya untuk obat yang pahit atau rasa rasanya tidak enak.Pasien dapat diberi minuman dingin (es) sebelum minum sirup tersebut.Sesudah minum sirup pasien dapat minuman atau kembang gula.
Perhatian
Ø Pengobatan oral tidak diberikan kepada pasien yang muntah,tidak mempunyai reflek muntah atau dalam keadaan koma.Pasien muntah mungkin memerlukan istirahat beberapa saat sebelum pemberian obat diteruskan.
Ø Kapsul Enteric-coated dan Timed-released harus ditelan seutuhnya supaya efektif (tidak boleh ditumbuk)
Ø Berikan obat-obatan yang kemungkinan menyebabkan saluran pencernaan bersama-sama makan untuk mengurangi rasa tidak enak pada saluran pencernaan.
2. Pemberian Obat Secara Sublingual
Obat dapat diberikan pada pasien secara sublingualyaitu dengan cara meletakkan obat dibawah lidah.Meskipun cara ini jarang dilakukan namun perawat harus mampu melakukannya.Dengan cara ini aksi kerja obat lebih cepat,yaitu setelah hancur dibawah lidah,maka obat segera diabsorbsi kedalam pembuluh darah.Cara ini juga mudah dilakukan dan pasien tidak mengalamin kesakitan.Pasien harus diberitahu untuk tidak menelan obat,karena bila ditelan obat menjadi tidak aktif oleh adanya proses kimiawi dengan cairan lambung. Pasien harus diberitahu untuk tidak menalan obat,karena bila ditelan obat menjadi tidak aktif oleh adanya proses kimiawi dengan cairan lambung dibawah lidah.Obat yang sering diberikan dengan cara ini adalah nitrogliserin,yaitu oabta vasodilatator yang digunakan untuk mengatasi nyeri pada angina pectoris.Cara kerja pemberian obat sublingual tidak berbeda dengan cara oral,hanya bedanya,kalau per oral obat ditelan,sedang secara sublingual obat ditaruh dibawah lidah sampai hancur dan terserap.
3. Pemberian Obat Secara Bukal
Dalam pemberian obat secara bukal,obat diletakkan antara gigi dengan selaput lender pada pipi bagian dalam. Seperti pada pemberian sublingual,pasien dianjurkan membiarkan obat sampai hancur pada selaput lender pipi bagian dalam dan habis diabsorsi.Cara kerja pemberian obat secara bukal juga berbeda dengan secara oral dan sublingual.Perbedaannya terletak pada penempatan obat,yaitu antara gigi dengan selaput lender pipi bagian dalam.Obat dibiarkan sampai hancur dan habis terserap.
4. Pemberian Obat Secara Parenteral
Istilah parenteral mempunyai arti setiap jalur pemberian obat selain melalui enteral atau saluran pencernaan. Lazimnya istilah parenteral dikaitkan dengan pemberian obat secara injeksi,baik intradermal.intramuscular,intravena atau subkutan. Pemberian obat secara perenteral mempunyai aksi kerja lebih cepat disbanding dengan secara oral.Namun pemberian secara perenteral memiliki berbagai resiko,antara lain merusak kulit,nyeri dan lebih mahal. Demi keamanan pasien,perawat harus mempunyai pengetahuan yang memadai tentang cara pemberian obat secara parenteral termasuk cara menyiapkan,memberikan dan menggunakan teknik steril.Dalam memberikan obat secara perenteral,perawat harus mengetahui dan dapat menyiapkan peralatan yang benar,yaitu:spuit,dan jarum serta vial/ampul.Menurut bentuknya spuit memiliki tiga bagian yaitu bagian ujung yang berkaitan dengan jarum,bagian tabung dan bagian pendorong.Dilihat dari jenis bahannya,spuit terbentuk dari kaca dan plastic.Ditinjau dari penggunaannya spuit dibedakan menjadi tiga,yaitu spuit standart hipodermik,spuit insulin dan spuit tuberculin. Jarum mempunyai ukuran panjang 1,27 sampai 12,7 cm,besar jarum dinyatakan dalam satuan gauge antar nomor 14 sampai 28 gauge. Semakin besar ukuran gaugenya semakin kecil diameternya.Penggunaan ukuran jarum disesuaikan dengan keadaan pasien yang meliputi umur,gemuk/kurus,jalur yang akan dipaki dan obat yang akan dimasukkan.Cairan obat untuk pemberian secara perenteral,biasanya dikemas dalam vial atau ampul.Ampul terbuat dari bahan gelas dan lehernya dapat dipatahkan.
ADA EMPAT CARA PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL YAITU:
a. Intrakutan
Pengertian
Memberikan obat melalui suntikan ke dalam jaringan kulit yang dilakukan pada lengan bawah bagian dalam atau tempat lain yang dianggap perlu.
Tujuan
Ø Melaksanakan uji coba obat tertentu (misalnya skin test penicillin)
Ø Memberikan obat tertentu yang pemberiannya hanya dilakukan dengan cara suntikan intrakutan
Ø Membantu menentukan diagnose terhadap penyakit tertentu (misalnya Tuberkulin Test)
b. Subkutan
Memberikan obat melalui suntikan dibawah kulit yang dilakukan pada lengan atas sebelah luar,pada bagian luar daerah dada dan tempat lain dianggap perlu
c. Intramuskular
Memberikan obat melalui suntikan kedalam jaringan otot,dilakukan pada pangkal lengan,otot paha bagian luar(yaitu 1/3 tengah paha sebelah luar)atau pada bokong (1/3 bagian dari spina iliaca anterior superior atau sias)
d. Intravena
Memberikan obat melalui suntikan kedalam pembuluh darah vena yang dilakukan pada vena anggota gerak.
5. Pemberian obat secara topical.
Selain dikemas dalam bentuk diminum atau diinjeksikan,berbagai jenis obat dikemas dalam bentuk obat luar seperti lotion,liniment,ointment,pasta dan bubuk yang biasanya dipakai untuk pengobatan gangguan dermatologis,misalnya gatal-gatal,kulit kering,infeksi dan lain-lain. Obat topical juga dikemas dalam bentuk tetes (instilasi)yang dipakai untuk tetes mata,telinga dan hidung serta dalam bentuk irigasi baik mata,telinga,hidung serta dalam bentuk irigasi baik mata,telinga,hidung,vagina maupun rectum.
a. Pemberian obat melalui kulit
Obat dapat diberikan melalui kulit dengan cara digosokkan,ditepukkan,disemprotkan,dioleskan dan ionforesis (pemberian dengan listrik).Prinsip kerja pemberian obat melalui kulit adalah sebagai berikut:
Ø Gunakan teknik steril bila ada luka di kulit
Ø Bersihkan kulit sebelum memberikan obat (bahan pembersih ditentukan oleh dokter)
Ø Ambil obat kulit dari tempatnya dengan batang spatel lidah dan bukan dengan tangan
Ø Bila obat perlu digosok,gunakan tekanan dengan aplikator
Ø Bila digunakan kompres atau kapas lembab,maka pelembab harus steril.
b. Irigasi dan instilasi mata
Irigasi mata merupakan suatu tindakan pencucian kantong konjungtiva mata.Berbagai bentuk spuit tersedia khusus untuk melakukan irigasi mata,tetapi bila tidak ada dapat digunakan spuit biasa ukuran besar.
c. Instilasi hidung
d. Irigasi dan instilasi telinga
e. Irigasi dan instilasi vagina
Irigasi vagina merupakan prosedur membersihkan vagina dengan aliran air yang pelan.Tindakan ini dilakukan terutama untuk memasukkan larutan antimikroba guna mencegah pertumbuhan mikroorganisme penyebab infeksi,mengeluarkan kotoran dalam vagina dan mencegah pendarahan (dengan cairan dingin atau hangat)dan mengurangi peradangan.Instilasi vagina dilakukan untuk berbagai tujuan antara lain untuk mengobati infeksi atau menghilangkan rasa nyeri maupun gatal-gatal pada vagina.Obat yang dimasukkan vagina dikemas dalam bentuk misalnya cream,jelly,foam atau supositoria.
6. Pemberian Obat Per Rektal (Supositoria)
Obat dapat diberikan melalui rektal.Obat dalam bentuk cairan yang banyak diberikan melalui rektal yang sering disebut enema.Obat dalam bentuk kapsul yang besar dan panjang juga dikemas untuk diberikan melalui anus.
Ada beberapa keuntungan penggunaan obat melalui anus,anatar lain:
a. Supositoria tidak menyebabkan iritasi pada pencernaan bagian atas
b. Beberapa obat tertentu dapat diabsorbsi dengan baik melalui dinding permukaan rectum
c. Supositoria retak diperkirakan mempunyai tingkatan (titrasi)aliran pembuluh darah yang benar,karena pembuluh vena pada rectum tidak ditransportasikan melalui liver.
Ada beberapa prinsip yang harus dipegang oleh peraat dalam memberikan obat dalam bentuk enema atau supositoria,antara lain:
a. Untuk mencegah peristaltic,lakukan enema retansi secara pelan dengan cairan sedikit (tidak lebih dari 120 ml) dan gunakan rektal tube kecil.
b. Selama enema berlangsung,anjurkan pasien berbaring miring ke kiri dan bernafas melalui mulut untuk merilekssikan spingter.
c. Refensi enema dilakukan setelah pasien BAB
d. Anjurkan pasien untuk berbaring terlentang selama 30 mnt setelah pemberian enema.
e. Obat supositoria harus disimpan dalam lemari es,karena obat akan meleleh apad suhu kamar.
f. Gunakan pelindung jari atau sarung tangan.Gunakan jari telunjuk untuk pasien dewasa dan jari manis pada pasien bayi.Anjurkan pasien berbaring ke kiri dan bernafas melalui mulut agar spingter rileks,pelan-pelan dorong supositoria ke dalam
g. Anjurkan pasien tetap miring ke kiri selama 20 menit setelah obat masuk.
h. Bila diperlukan,beritahu pasien cara mengerjakan sendiri atau memasukkan supositoria.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar